Senin, 19 September 2011

MENGENAL LEBIH DEKAT MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA INDONESIA



MENGENAL LEBIH DEKAT MANAJEMEN PEMASARAN
PARIWISATA INDONESIA
OLEH:
Yulia Rahmi
0810531002

ABSTRAK

Pemasaran pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasrkan produk perusahaan manufaktur,yang umumnya berbentuk atau berwujud. Manajemen Pemasaran pariwisata itu sendiri, memiliki sifat ,karakter dan tantangan yang berbeda dari yang lain.
Setiap negara di dunia berkompetensi untuk merebut pangsa pasar wisatawab mancanegara, termasuk negara kita. Dengan mengkibarkan semangat “VISIT INDONESIA 2010 YEARS”. Hampir semua media komunikasi digunakan bangsa Indonesia untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

Masalah pemasaran pariwisata, bukan sebuah tantangan yang ringan, karena para penikmat wisata akan dengan mudah untuk melupakan Indonesia, jika Indonesia tidak memberikan high quality value bagi konsumennya. Kita sadar, sektor pariwisata memberikan lapangan pekerjaan serta sumbangan devisa yang besar. Oleh karena itu, manajemen pemasaran pariwisata sangat diperlukan,agar citra Indonesia tetap melekat di hati wisatawan.

PENDAHULUAN


Potensi keindahan alam Indonesia tidak dapat diragukan lagi keberadaannya. Indonesia yang terletak di daerah jamrud khatulistiwa selalu menyimpan keindahan dan keasrian alam. Secara tidak sengaja potensi pariwisata telah menjadi anugrah yang terindah. Tetapi ,Pariwisata itu hanya dikenal sebagian wisatawan mancanegara. Itu terjadi karena Indonesia masih terbelenggu dengan konsep penjualan. Maka dari itu jelas,Indonesia masih harus memperbaiki system manajemen pemasaran pariwisata.

Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah, Seberapa efektif dan efisienkah manajemen pemasaran pariwisata Indonesia?

Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen pemasaran terhadap pariwisata Indonesia. Metodologi artikel ini adalah studi pustaka.

Manajemen pemasaran pariwisata artinya system planning,organizing,actuating dan controlling terhadap pemberian nilai-nilai kepada wisatawan atas produk atau jasa pariwisata agar tercapainya kepuasan optimal wisatawan


PEMBAHASAN

POTENSI PARIWISATA

Indonesia yang beriklim iklim tropis menyimpan potensi pariwisata yang indah. Hampir setiap provinsi kita memiliki keunikan pariwisata tersendiri. Bentuk pariwisata kita adalah: pariwisata bahari, pariwisata museum, pariwisata pantai, pariwisata budaya dan lain- lain. Kita memiliki Pulau Bali yang sangat terkenal, Danau Toba di Medan, Taman Laut Bunaken di Sulawesi, Kebun Raya Bogor, Candi Borubudor, Pantai Pangandaran dan masih banyak lagi.

Tapi sayangnya potensi wisata kita belum ditanggani secara cermat, sehingga tidak semua objek wisata dikenal wisatawan.Kebanyakan wisatawan mancanegara hanya mengenal PULAU BALI, tapi mereka tidak tahu bahwa bali ada di Indonesia.Ini merupakan tugas besar bagi kita semua untuk memasarkan pariwisata kita.

Data BPS menunjukan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sepanjang Oktober 2009 mencapai 547,2 ribu orang atau naik 3,36 persen dibandingkan posisi tahun 2008 sebanyak 529,4 ribu orang.

Kunjungan terbesar pelancong asing tersebut sepanjang 10 bulan pertama 2009 sebagian besar tiba melalui Bandara Ngurah Rai, Bali, sebanyak 1.978.593 orang atau naik 14,23 persen. Sementara kunjungan Wisman melalui Bandara Soekarno-Hatta mengalami penurunan sebesar 5,46 % menjadi 1.132.158orang.

DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA
Bila kita tiba-tiba ditanya : apa sesungguhnya kekuatan atau daya tarik pariwisata Indonesia yang membedakannya dengan negara lain, sehingga layak dijual ? Pada umumnya akan menjawab keindahan alamnya. Untuk yang jarang melakukan perjalanan wisata ke mancanegara maka jawaban tersebut mungkin benar karena memang tidak pernah melihat alam lain.
Bahkan di kawasan ASEAN saja pengelolaan pariwisata kita masih ketinggalan dibandingkan dengan Thailand atau Kamboja dengan Angkor Wat nya. Kesemuanya ini perlu dikemukakan agar tidak timbul arogansi yang sempit bahwa Indonesia adalah segalanya, terindah di dunia, cepat berpuas diri; sehingga dikiranya setiap warga dunia mendambakan untuk dapat berkunjung ke Indonesia dengan cara menabung atau cara lainnya.
Sesungguhnya keindahan alam ataupun peninggalan budaya secara fisik tidak lebih dari seonggokan gunung atau candi ataupun benda/bangunan lainnya, ataupun pantai yang indah yang juga dimiliki oleh berbagai negara yang lokasinya berdekatan dengan lumbung turis internasional. Karena tanpa adanya komunitas disekitar monumen, gunung atau pantai maka obyek wisata tersebut tidak lebih dari benda mati, tidak ada roh kehidupan dan bahkan tidak berarti apa-apa bagi pengunjung.
Oleh karena itu haruslah disadari bahwa kekuatan pariwisata Indonesia adalah terletak pada manusianya. Manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan gemar menolong tamunya, sehingga membuat “kangen” untuk kembali lagi. Karena sudah menemu kenali bahwa kekuatan pariwisata kita adalah manusia maka berbagai langkah penggarapan harus difokuskan kepada manusia sebagai pengelola.

Selain itu hendaklah disadari bahwa sektor pariwisata adalah penyedia kesempatan kerja yang sangat dominan yakni 10 % dari lapangan kerja di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja langsung 7,3 juta dan yang tidak langsung 5 juta orang. Sehingga bila terjadi permasalahan yang menghambat kemajuan pariwisata pasti akan membawa dampak yang negatif terhadap ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena itu berbagai strategi pun harus diarahkan ke sasaran penciptaan lapangan kerja atau paling tidak memelihara jumlah tenaga kerja yang ada sekarang.

KEGAGALAN PARIWISATA INDONESIA

Indonesia telah berusaha untuk mengenalkan pariwisata Indonesia dengan tema “visit Indonesia 2010. Tapi ,kenyataannya, belum sesuai yang diharapkan. Indonesia kalah saing dengan negeri jiran, dengan moto “malaysia truly asia. Apa penyebabnya? Tentu pemasaran serta bauran pemasarannya.
Jaminan keamanan juga menjadi faktor utama, meskipun tidak ada satu pun negara di dunia yang menjamin bahwa wisman nya akan aman ketika tinggal di negaranya. Pada tahun 2009, pasca ledakan Bom di hotel J.W marriot dan aktivitas gempa sangat mempengaruhi pariwisata.Yang mereka perlukan adalah “ signal ” bahwa Indonesia bersungguh-sungguh menjaga keamanan.

Pemerintah dan pelaku pariwisata sepakat untuk lebih fokus memasarkan Indonesia dengan prioritas ke negara jiran ( short-haul ) dan rejional ( medium haul ). Disamping 70% wisman Indonesia memang berasal dari segmen pasar ini, terdapat pula kecenderungan akan makin sedikit manusia yang berpergian terlalu jauh dari tempat tinggalnya hanya untuk berwisata. Terlalu banyak resiko terutama yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan serta efisiensi karena pariwisata saat ini berhadapan dengan “ time poor – money rich people ” (punya harta tetapi miskin waktu).

Menempati kedudukan ke-81 di antara 133 negara di dunia, Indonesia berada di posisi ke-15 dari 25 negara di kawasan Asia Pasifik dan ke-5 di antara 8 negara ASEAN (yang ikut dinilai).Dalam hal kekuatannya, Indonesia menempati kedudukan ke-28 dalam hal kekayaan alamnya, karena dukungan beberapa obyek wisata Warisan Dunia serta kekayaan faunanya yang dinilai melalui spesies yang terkenal sebagai miliknya.

SISTEM MANAJEMEN PARIWISATA INDONESIA

Pemasaran pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan manufaktur yang umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli (wisatawan). Dalam pariwisata transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik,proses produksi dan konsumsi jatuh pada saat bersamaan.

Travel Motivation are Heterogeneous. Tiap orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi yang berbeda-beda. Motivasi itu ada yang rasional dan ada pula yang tidak rasional. Seseorang mungkin ikut tour untuk menyaingi tetangganya yang baru saja kembali Umroh (tidak rasional), sedang orang lainnya ikut tour karena ingin menyaksikan EURO di NegeriBelanda.
Dari sisi industri harus pula dilakukan restrukturisasi industri mirip yang dilakukan oleh industri perbankan yang mempersyaratkan minimal modal setor, mengingat kondisi struktur permodalan industri pariwisata Indonesia sangat lemah, bila kita ambil contoh kelompok biro perjalanan wisata (BPW) yang seharusnya dijadikan prioritas pembenahan. Karena ujung tombak kegiatan pariwisata sesungguhnya ada pada biro perjalanan wisata (BPW) yang mempunyai fungsi mengemas paket-paket wisata untuk ditawarkan kepada konsumen baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga setiap BPW benar-benar mempunyai kemampuan sebagai DMC ( destination management corporation ) tidak hanya sekedar berfungsi sebagai agen penjualan tiket seperti yang terjadi saat ini.

Dengan adanya DMC maka setiap perjalanan akan menjadi lebih efisien, berkualitas dan dapat dibuatkan standar harga yang ditaati oleh pihak-pihak terkait dan persaingan hanya boleh dilakukan di segi pelayanan saja. Hal ini yang tidak pernah terpikirkan oleh pemerintah Indonesia sehingga walaupun secara formal mereka bernaung dalam satu asosiasi tapi perselisihan bahkan upaya saling mematikan sering terjadi. Kelemahan BPW lainnya adalah lemahnya permodalan sebagian besar perusahaan tersebut dan tidak memiliki akses kepada sumber pendanaan (bank). Sehingga dalam negosiasi dengan mitra kerja asing, BPW Indonesia akan selalu berada di pihak yang lemah dan tidak dapat menentukan, tetapi selalu ditentukan.
Kondisi ini sebenarnya dapat dimaklumi karena lebih dari 90 % BPW tergolong UKM dengan permodalan yang lemah. Mereka umumnya berasal dari para pemandu wisata yang ingin mandiri dengan mendirikan BPW lepas dari induk asalnya. Sehingga otomatis kemampuan manajerial terbatas dan visi bisnis pun akan terbatas pula. Untuk menyiapkan Indonesia dimasa depan maka harus ada keberanian untuk melakukan restrukturisasi BPW dengan menetapkan permodalan minimal ataupun merger sehingga BPW dapat lebih kuat posisi tawarnya ( bargaining position). Dan pada lima tahun mendatang diharapkan Indonesia sudah memiliki BPW yang kuat, dan profesional sehingga memiliki kemampuan penetrasi ke pasar mancanegara. Demikian pula dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pemandu wisata pun harus dapat ditingkatkan dengan melakukan pengketatan pemberian linsensi sebagai pemandu wisata yang selalu di perbaharui pada periode tertentu untuk meningkatkan standar kualitas kemampuannya.

Dalam hal ini Indonesia dapat mencontoh dan belajar dari Malaysia dan Thailand dalam menyiapkan tenaga terampil dibidang ini. Selain itu penguasaan di bidang teknologi informasi pun harus lebih ditingkatkan mengingat bahwa kita berhadapan dengan computer literate generation , sehingga if you are not online- you are not on sale .




KESIMPULAN

1. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang indah, tapi belum dikelola dengan baik.
2. Manajemen pemasaran yang kompetitif sangat dibutuhkan untuk perkembangan pariwisata.

SARAN

1. Industri travel Indonesia harus lebih berani promosi ke luar negeri agar tidak kalah saing.
2. Untuk pemerintah, agar lebih focus serta menyediakan dana yang optimal.
3. Dan untuk bangsa Indonesia, agar melakukan sapta pesona serta cintailah bangsa kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

www.kompas.com
www.kabarindonesia.com
www.ensiklopedia.com
www.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar